PNPM MPd Kab.Barru Sulsel

Dengan hadirnya weblog Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) Kabupaten Barru ini, diharapkan dapat membantu dalam mempublikasikan program dan kegiatan yang dilakukan dalam Program ini. Dan juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran serta penerapan sistem pembangunan partisipatif di Kabupaten Barru yang termasuk dalam ruang lingkup PNPM-MP.

Selamat Datang di Weblog PNPM MPd Kab. Barru

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda.

Senja di Ujung Batu Kab. Barru

Selamat Datang di Weblog PNPM MPd Kab. Barru

Rakor Kabupaten PNPM-MPd Kab. Barru

Selamat Datang di Weblog PNPM MPd Kab. Barru

Pelatihan UPK Region PBSSI Tahun 2013

Selamat Datang di Weblog PNPM MPd Kab. Barru

Selasa, 15 April 2014

Relokasi Fasilitator PNPM-MPd Kabupaten Barru

Selamat Jalan Kawan..  Terima Kasih Untuk Semuanya... 
Kata-kata ini mungkin salah satu yang dapat kami ucapkan untuk mengiringi kepergian teman-teman yang terkena dampak relokasi, khususnya bagi relokasi Lintas Kabupaten dalam satu Provinsi.
Berdasarkan Surat Satker BPMPDK Sulawesi Selatan Nomor. 414.2/125.PNPM-SET/IV/2014 tanggal 14 April 2014, perihal Mobilisasi dan Relokasi Fasilitator Kecamatran (FK/FT) sertas Asisten FK/FT TA. 2014 dimana ada 3 Fasilitator Kecamatan yang terkena Relokasi lintas Kecamatan dalam satu Kabupaten dan ada 4 Fasilitator  Kecamatan yang terkena Relokasi Lintas Kabupaten dalam satu Provinsi.

Daftar Relokasi Fasilitator Kecamatan (FK dan FT) PNPM MPd Kab. Barru Prov. Sul-Sel  TA. 2014
Kami ucapkan selamat jalan kepada Fasilitator KecamatanPNPM-MPd yang lama dan sekaligus selamat datang kepada fasilitator yang baru. Terima kasih kami ucapkan kepada fasilitator yang lama atas kerja kerasnya selama ini memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal meningkatkan perekonomian dan sarana prasarana masyarakat khususnya diwilayah pedesaan dan  kami juga berharap dengan adanya pergantian personil ini tidak menyurutkan semangat para pelaku PNPM-MPd dalam mengabdikan diri mendorong peningkatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, bahkan malah menjadi cambuk pemacu peningkatan kinerja. (mdl)

Memberdayakan Or Memperdayakan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perdesaan (PNPM-MPd) merupakan salah satu program Pemberdayaan masyarakat dengan target sasaran kegiatan adalah masyarakat Perdesaan. Visi PNPM-MPd adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Dan kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya. Sehingga target dari program ini adalah mengurangi angka kemiskinan dan membuka lapangan kerja dalam rangka mengurangi angka pengangguran melalui proses pemberdayaan.
Berbicara tentang Kemandirian, masyarakat akan mandiri apabila dalam proses tahapan yang dijalankan oleh program memaksimalkan proses pemberdayaan, artinya; dalam melakukan segala bentuk proses tahapan dilapangan memaksimalkan pengelolaannya oleh masyarakat, mulai dari proses perencanaan, Pelaksanaan sampai pada pelestariannya.
Saya teringat dengan ungkapan salah satu Pelaku program, dia mengatakan bahwa “MEMBERDAYAKAN or MEMPERDAYAKAN”, mendengar ungkapan tersebut, saya termotivasi untuk mengidentifikasi kemungkinan yang terjadi diwilayah dimaksud. Ungkapan tersebut ternyata muncul ketika masyarakat terkhusus pelaku merasakan bahwa dalam proses pelaksanaan kegiatan tidak sepenuhnya melibatkan mereka dalam pengelolaanya, sehingga mereka beranggapan bahwa mereka hanya pelaksana yang hanya mengikuti perintah dan tidak sepenuhnya diberikan dan dibekali maksimal dalam pengelolaan kegiatan. Hal ini memunculkan paradigma baru bahwa kegiatan yang dilakukan bukan lagi mengurangi angka kemiskinan melalui proses pemberdayaan, namun angka kemiskinan dan kebodohan masyarakat berada pada posisi Stagnan bahkan mungkin bisa bertambah.
Prof. Soetandyo Wignyosoebroto dalam bukunya PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PARADIGMA AKSI METODOLOGI mengatakan; Masalah kemiskinan bukan semata-mata masalah ekonomi, melainkan juga masalah yang bersifat multidemensi, yang bersentuhan dengan berbagai demensi kehidupan manusia baik social, politik, budaya dan bahkan agama. Oleh karena itu, kemiskinan tidak mungkin diselesaikan hanya dengan menggunakan pendekatan tunggal, yaitu pendekatan ekonomi semata-mata atau pendekatan politik saja atau dengan pendekatan tunggal lainnya. Untuk itu, sudah sangat perlu memikirkan dan merumuskan suatu pola pemberdayaan ekonomi umat dalam system jaringan kerja yang efektif, baik dari sector peningkatan kualitas sumber daya manusia (pendidikan dan pelatihan) melalui pola pemberdayaan tersebut akan dapat dilakukan suatu gerakan pemberdayaan umat secara menyeluruh, berkelanjutan, bahkan terpadu. 
Ada beberapa hal yang diperkirakan menjadi penyebab ketidakberdayaan masyarakat  adalah:
  1. Permasalahan tata nilai (etos). Ketidakberdayaan yang berjalan dalam dimensi ruang dan waktu yang luas dan lama, dan telah mewarnai pengalaman kesejarahan berjuta penduduk, ternyata telah menyebabkan kemiskinan diterima sebagai bagian yang sah dari kehidupan serta mewarnai niali dan struktur social masyarakat.
  2. Surplus tenaga kerja pedesaan dengan keterampilan teknis dan manajemen yang terbatas karena keterbatasan berlatih (bukan keterbatasan pendidikan). Sebagian besar tenaga kerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur dalam berbagai tingkat pengangguran.
  3. Keterbatasan informasi, pembinaan, fasilitas permodalan, proteksi usaha, dan kesempatan merupakan suatu lingkaran yang lazim dalam bisnis modern. Hamper dalam setiap kegiatannya mereka harus melakukannya secara swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa yang menjadi miliknya saja, tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang mungkin.
  4. Belum berfungsinya dengan baik kelembagaan swadaya masyarakat dipedesaan yang mampu menampung prakarsa, peran serta, dan swadaya masyarakat untuk mengentas diri sendiri. Kelembagaan yang ada masih kurang fungsional dan/atau tingkat swadaya masih rendah.
  5. Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan. Hal ini merupakan dampak dari produktifitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan keterbatasan fasilitas kredit resmi yang masuk ke desa.
Ketidakberdayaan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat pada kesenjangan dan ketimpangan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya terhadap peluangan dan kegiatan.
Upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin melalui program pembangunan yang dilaksanakan dalam bentuk program pemberdayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dirancang untuk turut memecahkan tiga masalah utama pembangunan, yakni pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, dan kemiskinan. Namun apabila upaya pendampingan yang dilakukan keluar dari RUH Pemberdayaan, maka harapan untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran hanya isapan jempol belaka. Olehnya itu, upaya yang harusnya dilakukan sebagai langkah awal dalam program pemberdayaan adalah merubah Pola Fikir masyarakat dan mebentuk kapasitas masyarakat dalam berbagai aspek kegiatan serta tetap mengasah kapasitas tersebut dengan menerapkan kemandirian dalam berbagai kegiatan. Sehingga tidak ada lagi ungkapan yang mengatakan MEMPERDAYAKAN, namun yang akan muncul adalah slogan MEMBERDAYAKAN. (Lalu Muliadi. FK Kec. Balusu)

Peran Kader Teknis Desa Menjadi Pilar Dalam penyusunan Desain RAB usulan Desa


Pelaksanaan PNPM-MPd di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru sejak tahun 2007 hingga saat ini tetap menjadi harapan besar oleh masyarakat terciptanya pembangunan berbasis pertisfatif dengan mengedepakan kepentingan masyarakat dan mengutamakan kepentingan masyarakat miskin untuk perbaikan taraf hidup yang lebih layak. 
Tentu dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan untuk masyarakat tersebut tidak dapat dilakukan secara instan melainkan membutuhkan proses yang panjang. Demikian pula dengan pengalokasian anggaran yang terbatas sehingga tidak dapat diserap semua usulan dari kelompok pengusul. Untuk mengatasi permasalahan tersebut  program PNPM-MP hadir ditengah masyarakat dengan mekanisme yang telah diatur melalui petunjuk Teknis Operasional (PTO) pelaksanaan yakni pembangunan dengan skala prioritas berdasarkan kondisi kehidupan masyarakat setempat dimana merupakan hasil pembahasan melalui musyawarah perencanaan  dari tingkat dusun hingga penetapan pengalokasian angaran di Musyawarah Antar Desa Tingkat Kecamatan.
Untuk pelaksanaan PNPM-MP tahun Anggaran 2014 di kecamatan tanete rilau masih tetap berpartisipasi dengan mendapatkan bantuan dana BLM sebesar 800 Juta Rupiah. Sejumlah dana tersebutlah yang kemundian menjadi target pengalokasian dana usulan yang ada susuai hasil Musyawarah desa prioritas Usulan. Seperti hal disampaikan sebelumnya bahwa alokasi dana tidak sebanding dengan kebutuhan atau jumlah usulan kelompok masyarakat maka akan ditetapkan berdasarkan urutan hasil perengkingan. Disinilah peran kader teknik menjadi garda terdepan dalam penyusunan sebuah dokumen Desain RAB untuk mengetahui kebutuhan dana masing-masing usulan yang kemudian akan dipetakan ke setiap usulan hingga alokasi dana sebanyak 800 juta terserap 100%.
Penyusunan desain RAB ini tidaklah mudah untuk masyarakat yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan teknik, namun juga tidak menjadi penghalang melahirkan sebuah gambar desain sederhana  yang dapat dibaca dan perhitungan Volume yang tepat. tetapi dengan semangat yang mereka miliki mampu mewujudkan hal tersebut.
Kader teknik di Kecamatan Tanete Rilau  bukan tidak mempunyai tanggung jawab pribadi selaku kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga ataupun pengabdian seorang anak kepada orang tua, namun dengan semangat pengabdian mereka rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat banyak sebagai bentuk pertanggung jawaban amanah yang telah diamanatkan pada saat terpilih menjadi kader teknik melalui Forum Musyawarah desa. 
Dalam proses penyusunan desain RAB oleh kader teknik diawali proses pelatihan secara singkat selama 3 hari di Hotel Parewisata kelas siang dan malam, kemudian mengiplementasikan materi melalui praktek survey. Lokasi sebagai objek survey adalah lokasi usulan stiap desa yang akan dibuatkan didanai sehingga pembelajaran yang diterima nantinya berkesianambungan sampai pada lahirnya desain RAB. Karena Jenis dan lokasi usulan berfariasi dan memiliki perencanaan yang berbeda maka semua kader teknik yang telah mengikuti pelatihan scara bersama-sama melakukan survey di lokasi semua desa/kelurahan sekecamatan Tanete Rilau. Para kader teknik setelah melakukan survey kemudian melakukan pengolahan data lapangan berdasarkan pengamatan di lokasi dan dituangkan dalan sebuah Desain sederhana kemudian dihitung Kebutuhan Volume yang lalu di konfersi ke harga/ kebutuhan dana kegiatan. Namun kader teknik lagi-lagi memiliki kendala terutama kegiatan yang sifatnya mempunyai banyak item kegiatan, tetapi kader teknik tidaklah berjalan sendiri melainkan dilakukan pendampingan secara rutin serta strategi.
strategi penyelesaian oleh Fasilitator Teknik kecamatan dan Kabupaten. Dengan kendala masih lemahnya kader teknik jika pembahasan tidak terfokus maka dilakukan pengelompokan berdasarkan jenis usulan untuk memperdalam setiap meteri. Berdasarkan permasalahan yang ada melahirkan sebuah keinginan untuk penetapan Pengurus kader teknik Tingkat kecamatan yang akhirnya terpilihlah pengurus utama diketuai oleh Muh. Taufik Hidayat (Desa Tellumpanua)sekretaris Usman Mustafa (Kel. Tanete) dan Bendahara Mardawiah (Desa Lipukasi) dengan startegi tesebut dan kerja keras kader teknik siang dan malam berhasil menyusun sebuah desain RAB yang kemudian ditetapkanlah pada Musrembang Kecamatan Tante Rilau pada tanggal 15 Pebruarai 2013 sebanyak enam usulan yang terdanai.
Para Kader teknik sangat puas dan senang dengan kerja dan pembelajaran seperti ini, sebahagian  dari mereka kegiatan seperti ini merupakan pengalaman baru  sehingga sering terlintas candaan yang memecah suasana keseriusan menjadi canda tawa.. KITA KEMBALI KE TK Yah…. Harapan kader teknik adalah pembelajaran dengan model seperti ini terus berkelanjutan. (Arwiluddin, FT Kec. Tanete Rilau)